"Memang kita berdoa ke Tuhan yang berbeda, ya?"
Sore itu, aku dan salah satu teman tidak mengekor teman-teman muslim lainnya yang melaksanakan Sholat Maghrib berjamaah di masjid. Kami memutuskan untuk menetap di ruang kelas, tempat kami mengikuti pendidikan selama kurang lebih tiga minggu. Berbeda dengan hari lain, sore ini di kelas, teman Nasrani kami melaksanakan doa sore. Lalu spontan aku pun berujar, "Gue di sini aja nih?", sambil bersiap untuk beranjak pergi.
"Ngapain? Emang kita doa ke Tuhan yang beda ya?" jawab teman nasraniku yang duduk di sampingku.
JLEB! It was a very unexpected answer. Orang yang aku pikir selalu bercanda di setiap kegiatan, tapi tidak kali ini. Tidak tentang agama. Aku tahu, agama memang menjadi salah satu hal yang sensitif untuk dibicarakan dalam forum. Baik dalam situasi ramai atau pun hanya personal.
Tuhan memang satu. Hanya manusia yang memilih untuk berbeda. Dan bukankah Tuhan pula yang menakdirkan kita untuk berbeda? Bukankah perbedaan itu sesuatu yang indah? Indah jika bisa bertoleransi, indah jika bisa memaklumi perbedaan. Indah karena memang harus begitu.
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku...”
Komentar
Posting Komentar