Apa yang akan kamu pikirkan saat aku berkata hujan?
"Tetesan air yang jatuh ke bumi - duh, terlalu ilmiah..."
"Dingin, pengin peluk - emang ada yang dipeluk selain bantal?"
"Mie instan rebus plus telur ekstra cabai rawit - bro, please..."
Yaa, mungkin itu beberapa jawaban yang akan muncul saat kata hujan kuucapkan. Tapi, kali ini aku tidak akan berbicara tentang hujan menurut biologi, hujan menurut singleisme, atau hujan menurut barisan pecinta mie instan. Kali ini aku akan berbicara tentang hujan menurut versiku sendiri.
https://langit11.wordpress.com |
Hujan menurut versiku adalah sesuatu yang memiliki atmosfer khas yang candu. Atmosfer yang ajaib. Sama seperti kamu. Kamu yang candu. Kamu yang ajaib. Yang selalu sukses memanggil dan membuatku berhenti sejenak. Kemudian kamu hancurkan lagi saat aku sudah sukses berada dalam poros. Kembali memikirkan tentang kamu, kamu, dan kamu lagi.
Ah, apakah cuma aku di sini yang mendadak sendu saat hujan? Atau kamu di sana juga? Kalau lupa, biar kubantu dengan senang hati!
Hmm, ingat bagaimana kita berkejaran dengan mobil di sana sini agar tak terjamah hujan lebat?
Atau, ingat dengan jaket yang kamu pakaikan kepadaku saat punyaku telah kuyup dihantam hujan?
Tidak juga? Aneh... Mungkin akan berhasil dengan yang satu ini.
Bagaimana dengan hujan badai yang kamu ciptakan untukku di dalam sini saat kulihat sebingkai foto kamu dengan seorang wanita, tetapi itu bukan aku?
Tidak juga? Padahal aku yakin betul kamu mengingatnya. Tapi, ya sudahlah lupakan semuanya. Kini aku memiliki kenangan baru dengan hujan. Lebih ajaib. Lebih candu. Lebih kucinta dan bukan lagi denganmu tentunya...
Komentar
Posting Komentar